GoAtjeh| BANDA ACEH – Cut
Halimah (57) tampak terkulai lemas. Kaki kirinya patah, dan dia tak bebas
bergerak seperti biasanya. Menggunakan kaos berwarna biru, kain panjang
menutupi tubuhnya, hari-harinya leih banyak dhabiskan dengan berbaring.
Cut Halimah
didiagnosa menderita penjempitan saraf di tulang belakang. Sebab itulah membuat
ia tidak bisa berjalan seperti biasa, hanya sebatas menggerakkan kaki
sedikit-sedikit. Warga Gampong Rayeuk Pange, Kecamatan Pirak Timu, Aceh Utara,
ini dirujuk dari Rumah Sakit Kesrem Lhokseumawe.
Hanya enam hari dirawat di rumah sakit itu, dokter menyarankannya untuk dirujuk
ke Rumah Sakit Zainoel Abidin, di Banda Aceh. “Agar perawatannya lebih baik,”
kata Samsul, anak Cut Halimah, di Banda Aceh, Sabtu (7/5).
8 April lalu, Cut Halimah menjalani perawatan Zainoel Abidin. Namun petaka
datang pada 23 April lalu dengan cara tak terduga. Seorang dokter muda yang
masih dalam pendidikan (co-assistance) melakukan pemerikasaan pada pagi itu.
Usai menanyakan keluhan Cut Halimah, si dokter muda menanyakan kondisi kaki Cut
Halimah yang memang tak bisa digerakkan.
Layaknya dokter lain, dokter muda itu memeriksa kedua kaki Cut Halimah, dimulai
dari kaki kanan. Saat si dokter mencoba mengangkat kaki kiri, namun kesulitan.
Sehingga dia mencoba mengangkat ke samping. Saat itulah terdengar bunyi tulang
patah.
“Dokter itu tanya kenapa bisa bunyi seperti patah gitu, ‘apa selama ini tidak
pernah diangkat?’ Kami bilang selama ini ada kami angkat, dan kami kompres
lagi. Dan karena salah angka itulah patah,” kata Samsul. Salah satu dokter yang
menanganinya membenarkan bahwa Halimah mengalami patah tulang setelah melihat
hasil ronsennya.
“Kami minta dironsen, kemudian hasil ronsennya itu memang iya patah kaki,” kata
Samsul. “Tapi memang ia Ibu dikatakan mengalami tulang keropos.”
Kini, kaki Halimah masih dalam kondisi patah. 15 hari lamanya, namun belum ada
penanganan serius dari pihak rumah sakit. Tak hanya penyempitan saraf dan patah
tulang yang dialaminya. Setelah diperiksa, Halimah juga mengidap tumor di dalam
perutnya.
Dari dokter saraf, Halimah beralih ke dokter kandungan. Dokter kandungan
menyarankan agar proses operasi dilakukan secara bersama-sama dengan operasi
patah tulang tersebut. “Kemarin ada masuk dokter tulang, tapi dia tidak mau
operasi, risikonya takut patah lagi yang lain. Dia menyarankan untuk
dikemoterapi. Ketika kondisi fisik Ibu sudah membaik dulu,” kata Samsul.
Samsul kecewa dengan keputusan dokter seperti itu. Katanya, bagaimana mau
kondisi Halimah membaik, sedangkan obatnya agar sehat saja tidak ada. “Hanya
dikasih obat anti nyeri, kapan mau sehat, tidak akan sehat-sehat kalau gitu,”
kata dia.
Pihak keluarga kata Samsul tidak menyalahkan dokter yang membuat kaki Ibunya
itu bisa patah, namun setelah kejadian seperti itu mereka mengharapkan ada
solusi yang baik ditawarkan oleh pihak rumah sakit, jangan dibiarkan sampai 15
hari seperti ini tanpa ada solusi apapun.
Direktur RSUDZA Fachrul Jamal mengatakan patahnya tulang itu akibat penyakit
yang diderita si pasien. “Bisa patah karena saat jalan atau pada saat
pemeriksaan, dan kebetulan patah oleh dokter itu. Tapi itu sudah kita ketemu
dengan keluarga pasien dan sudah kita bicarakan,” kata Fachrul.
Dikatakan Fachrul, patah tulang itu karena penyakitnya, hal itu sudah
diberitahukan kepada pihak keluarga pasien pada beberapa hari lalu. Dalam
menyikapi ini, katanya, biar informasi ini tidak salah-salah diberitakan, maka
Senin 9 Mei mendatang pihak rumah sakit membuat konferensi pers terkait
persoalan ini. [sumber: Ajjn.net]
0 Response to "Tulang Cut Halimah Patah di Tangan Dokter Muda"
Posting Komentar