Disabilitas Aceh Gantungkan Harapan Pada Mualem


GoAtjeh| BANDA ACEH - Yayasan Permata Atjeh Peduli menggelar diskusi dengan para penyandang cacat di Banda Aceh, Kamis, 5 Mei 2016. Diskusi ini dihadiri 27 penyandang cacat di Aceh.

Para penyandang cacat atau kaum disabilitas selama ini dinilai sebagai kaum marjinal di Aceh yang minim perhatian pemerintah. Kondisi ini membuat mereka tidak berdaya baik secara ekonomi maupun pemberdayaan lainnya.

Direktur YPAP memaparkan, sebanyak 85.000 penyandang cacat tersebar di seluruh Aceh. Kehidupan mereka dinilai sangat memprihatinkan. "Apalagi mereka yang berada di desa-desa terpencil baik dari sisi pendidikan, stigma, kesehatan, pemberdayaan dan ekonomi," kata Chaidir, melalui siaran pers, Kamis, 5 Mei 2016.

Diskusi itu melahirkan sejumlah kritikan dan saran terhadap pemerintah. Misalnya, keluhan terkait sulitnya para penyandang cacat bersaing dalam pasar bisnis. Pemerintah juga tidak memberikan fasilitas yang layak dan tidak ada Pergub yang memberi peluang bagi kaum ini untuk berkreativitas.
"Hal ini terlihat dari banyaknya orang luar Aceh yang membuka usaha pijat dan jika pemerintah mau menepatkan disabilitas untuk bisa memijat di hotel/penginapan, maka akan terberdaya bagi disabilitas dan hal ini tentunya sesuai dengan kearifan lokal."

Mereka juga mengeluhkan sikap petugas yang dinilai tidak bersikap baik saat menindak pengemis dari kaum disabilitas. Chaidir mencontohkan, jika Satpol PP menangkap para pengemis berdasarkan perintah dari Dinas Sosial untuk dibawa ke penampungan, dan dijanjikan akan diberdayakan dan mendapatkan sejumlah dana, hal itu tidak pernah ada. Bahkan para pengemis ini diberlakukan dengan tidak sopan seperti kata-kata kasar.

Para penyandang cacat ini menilai, tidak ada lapangan pekerjaan yang tersedia untuk mereka. Meskipun mereka punya kelebihan dan keahlian tapi pemerintah tidak serius memberdayakan dan menempatkan mereka. Sementara fasilitas pendidikan yang dikhususkan untuk mereka oleh pemerintah, seperti di Ladong, Aceh Besar, dinilai hanya sebagai formalitas.

"Contohnya tenaga pendidik yang ada di Ladong tidak memiliki keahliaan dan tenaga pendidik sendiri tidak mampu mengajarkan braile, ini hanya sebagai formalitas saja namun hasilnya tidak ada apa-apa dan menurut mereka seharusanya tenaga pengajar itu harus Pprofesional bahkan harus melibatkan disabilitas sendiri," kata Chaidir.

Ketua DPD Pertuni Aceh, Zuhdi, menambahkan, para penyandang cacat berharap jika Muzakir Manaf atau Mualem terpilih sebagai gubernur nantinya, memberikan pemberdayaan ekonomi pada mereka, bantuan rumah, beasiswa bagi anak-anak mereka dan akses yang mudah dalam mengakses layanan publik. Selain itu mereka juga mengeluhkan belum adanya SLB yang merata di seluruh kabupaten kota.

"Disabilitas Aceh menaruh harapan kesejahteraan penuh terhadap Mualem sebagai calon Gubernur Aceh 2017 – 2022. Jika beliau terpilih memenuhi harapan disabilitas sesuai dengan harapan yang telah diutarakan di atas tadi," kata Zuhdi.[portalsatu]

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Disabilitas Aceh Gantungkan Harapan Pada Mualem"

Posting Komentar