DALIL pokok dalam
masalah ini adalah firman Allah,
"Sang istri
memiliki hak (yang harus dipenuhi suami) sebagaimana kewajiban yang dia yang
harus dia penuhi untuk suaminya, dengan baik (dalam batas wajar)." (QS. Al-Baqarah:
228)
Sebagaimana suami
menginginkan mendapatkan kepuasan ketika melakukan hubungan badan dengan
istrinya, demikian pula istri. Dia memiliki hak untuk mendapatkan kepuasan yang
sama sebagaimana suaminya. Oleh karena itu, masing-masing memiliki hak dan
kewajiban yang seimbang. Batasannya adalah bil maruf (dalam batas wajar). Dan
batasan ini dikembalikan menurut anggapan umumnya masyarakat.
Ibnu Abbas mengatakan:
Saya suka berhias
untuk istri, sebagaimana saya suka ketika istriku berhias untukku. Karena Allah
berfirman, (beliau membaca surat Al-Baqarah ayat 228 di atas). (HR. Ibn Jarir
& Ibn Abi Hatim)
Sikap sebagian pasangan
yang hanya mementingkan diri sendiri, baik dalam pergaulan pada umumnya maupun
ketika di atas ranjang, termasuk bentuk pelanggaran hak sesama. Itu artinya,
sikap semacam ini termasuk pelanggaran terhadap perintah sebagaimana pada ayat
di atas.
Ibnul Qayyim
mengatakan,
"Wajib bagi suami
untuk melakukan hubungan dengan istrinya dalam batas "bil maruf"
(dalam batas wajar), sebagaimana dia diwajibkan untuk memberi nafkah, memberi
pakaian, dan bergaul dengan istrinya dalam batas sewajarnya. Inilah inti dari pergaulan
dan tujuan kehidupan rumah tangga. Allah memerintahkan para suami agar bergaul
dengan mereka dalam batas wajar. Dan hubungan badan jelas termasuk dalam hal
ini. Mereka mengatakan, Suami harus memuaskan istrinya dalam hubungan badan,
jika memungkinkan, sebagaimana dia wajib memuaskannya dalam memberi makan. Para
guru kami rahimahumullah menguatkan dan memilih pendapat ini.'" (Raudhatul
Muhibbin, hal. 217)
Jika dalam kondisi
tertentu, baik karena sakit atau faktor lainnya, kemudian salah satu pihak tidak
mendapatkan haknya atau merasa dikurangi haknya, maka penyelesaian dalam
masalah ini dikembalikan kepada kerelaan masing-masing.
Sebagaimana sang suami
bisa jadi akan tertarik dengan wanita lain, karena tidak mendapatkan kepuasan
yang wajar dari istrinya, demikian pula sebaliknya, bisa jadi sang istri
tertarik dengan lelaki lain ketika dia tidak mendapatkan kepuasan yang wajar
dari suaminya. Untuk menghindari hal ini, islam mengajarkan agar masing-masing
berupaya memperbaiki diri, sehingga bisa memberikan yang terbaik bagi
pasangannya.
Semoga Allah
memberikan kebahagiaan bagi keluarga kaum muslimin. Amin.
Allahu alam.
(Ustadz Ammi Nur
Baits)[] Sumber: inilah.com
0 Response to "Suami Wajib Memuaskan Istri saat Berhubungan Intim"
Posting Komentar